Sampai kapanpun, waktu tak akan pernah bisa merubah keadaan hati yang telah rapuh ini. Tak akan pernah bisa menyatukan mozaik-mozaik sebuah perasaan yang terlalu hancur. Dan hatiku adalah diantaranya, sebuah perasaan hati yang tak pernah bisa kembali utuh. Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki hati yang sempurna. Kegelisahan jiwa yang terus menerus merambat ke sekujur tubuh, membuat deraian air mata tak bisa kutolak lagi.
Dan aku adalah diantaranya, yang tak pernah lelah
untuk menerima setiap jatuhan air bening dari pelupuk mata, menangisi setiap
waktu yang tak pernah bisa kupahami, dan menyesali setiap detik yang telah
berlalu. Aku dan hatiku adalah diantaranya.
Aku memang tak mengerti siapa aku. Jika itu adalah hal
yang terlalu tabu, maka aku diantaranya. Kesalahan terbesar bagiku, tak pernah
tahu siapa diriku sebenarnya. Dan mungkin, ini adalah kesalahan yang pernah
mereka ketahui tentangku.
Aku terlalu lelah untuk berdiri bangkit dari
keterpurukan asa. Berjalan dengan harapan kosong dan ketakberdayaan jiwa. Aku
lelah menjalani setiap guncangan hidup yang sering kali membuat hati ini remuk.
Aku tertinggal, dan tak pernah bisa untuk mengikuti
mereka yang telah
mendapat mimpi-mimpi itu. Karena aku tak berada diantaranya, bahkan sesenti
kebahagiaan hidup, aku tak pernah bisa merasa.
Aku berdiri, lalu jatuh, kembali berdiri, lalu
terjatuh lagi. Aku terlalu lemah untuk ini. Bagaimana mungkin aku terus-menerus
memperjuangkan setitik asa jika ia menghilang begitu saja? Membiarkan titik itu
meninggalkanku –sendirian.
Bagaimana mungkin aku bisa berhenti kecewa,
seolah-olah bahwa semuanya terasa baik-baik saja? Tak pernah ada alasan pasti
mengapa aku harus hidup dan membuat keyakinanku bahwa aku akan tetap tinggal
disini.
Satu kesedihan ini menguap. Tidak, bukan membaur pecah
menjadi sebuah kebahagiaan. Ia mencipta kembali rasa sedih yang lain,
seakan-akan terus-menerus demikian.
Dan aku adalah diantaranya, diantara perasaan senang
pun sedih. Atau mungkin sedikit menepi dengan rasa putus asa. Aku takut, takut
berdekatan dengan perasaan gembira yang orang-orang katakan bahwa itu
menyenangkan. Walau aku sendiri ingin menjadi jiwa yang merasakan bahagia.
Aku melangkah, melalui jalan yang salah.
Menyusuri setiap titik kegelisahan, meninggalkan semua kebahagiaan di masa
lalu.
“Sayang, kau tak akan pernah bisa
meraihku. Kau terlalu hancur untuk menggenggamku. Jangan...,” Aku takut,
entahlah, takut untuk menjadi bahagia. Dan tak pernah menyesal untuk menjadi
sedih.
“Maaf, Sayang. Jiwamu terlalu lama
terbalut dengan kesedihan. Dengannya, kau selalu merasa itulah dirimu. Jangan
menginginkanku, Sayang. Jangan buat dirimu lelah untuk berjuang untukku,”
Bodoh! Aku muak dengan semua ini,
kalimat-kalimat manis yang keluar darinya. Aku benci padanya.
Apakah kau mengerti keadaanku saat ini,
Tuan? Oh tentu saja tidak. Aku mengerti. Tapi tunggu Tuan, aku berjanji, suatu
saat nanti, banyak detik lagi, aku akan belajar dari kesedihan yang telah kau
tujukan untukku. Walau kau tahu, luka itu tlah lama kukubur dalam lubang yang
teramat dalam. Nanti, aku akan belajar, bagaimana caranya untuk menjadi sosok
lain yang kau inginkan. Iya, suatu saat nanti, aku berjanji.
Aku berjanji.
Aku berjanji.
- - Broken Heart, October 18th 2013
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa