Sudah
baca surat yang aku tulis ke temanku? Belum ya? Ya sudah, baca dulu Surat Panda ya. Kalau ndak mau baca,
ya ora popo.
Jadi,
masalah berawal mungkin gegara kesalah-pahaman. Dia bikin aku nangis hanya
karena 'perkataan' yang dia sendiri belum tahu pasti kebenarannya. Selain
mengatakan hal yang tidak sebenarnya, dia juga menyangkal terhadap perkataannya
sendiri.
Sejak
itu, aku memutuskan untuk jauh-jauh darinya. Aku kecewa sama dia. Aku
menganggap kalau dia mengkhianati persahabatannya sendiri.
Selang
dua bulan, aku masih kecewa padanya. Dulu, ia pernah meminta maaf. Tapi,
kenyataannya apa? Ia tak pernah membuktikan 'permintaan maafnya' itu. Bahkan
untuk sekedar membalas senyuman atau membalas sapaan aja, nggak. Aku makin
kecewa, malah aku hampir membencinya. Memang, syaitan selalu menjejalkan
penyakit hati ya bukan liver pada manusia.
Namun,
semakin kesini, aku merasa bersalah. Dulu mungkin aku terlalu
'kekanak-kanakkan' untuk menilai sebuah kejadian atau peristiwa. Dan seiring
berjalannya waktu, aku mulai sadar, aku mulai tumbuh remaja. Dan itu artinya,
aku harus menghargai setiap kejadian yang telah ditakdirkan padaku.
Aku
lebih banyak berdoa pada-Nya, mengharapkan maaf atas keegoisanku dulu. Mencoba
untuk meminta kembali persahabatan antara aku dengannya. Namun, Allah belum
menakdirkanku untuk merajut persahabatan yang manis. Hanya saja, ia memberikan
solusi untukku agar aku tahu harus bagaimana.
Lama
setelah itu, aku hampir melupakan kejadian itu. Aku berpikir, mungkin dengan
melupakan semua masalah bisa terselesaikan. Namun itu salah, semakin aku
melupakannya, semakin rasa bersalahku muncul *tsaah*. Sejak saat itu, aku
bertekad untuk meminta maaf. Jujur saja, mungkin aku tak pernah bersalah saat
kejadiannya. Namun, bukankah dengan meminta maaf, semua hal akan terasa lebih
indah? Hihi...
Aku
tak pernah berani untuk mengatakannya langsung, begitupun dia. Tiap kali aku
menghampirinya, ia sengaja menghindar. Baiklah, sepertinya dua lembar surat lah
yang menjadi perwakilan atas suara hatiku.
Aku
menulis surat itu, mencontoh dari surat yang pernah Ukhti Fia tulis. Namun
tentu saja, dengan situasi dan kondisi cerita yang berbeda.
Bahkan
untuk memberikan langsung kepada orangnya saja, aku perlu meminta bantuan
teman-temanku. Cucun dan Lisna lah yang mengirimkan surat itu untuk Nanda,
bukan aku.
Sejak
April lalu, belum ada balasan dari suratku. Entahlah, apa ia memang berniat
mengecewakanku selama ini? Namun yang kutahu, selalu ada cahaya di balik
kegelapan. Aku terus bersabar untuk menunggu balasannya. Bagaimanapun, aku akan
tetap bersabar.
Akhir
Mei lalu, Amalia, yang juga menjauhiku karena lebih memilih Nanda, mencoba
berbicara padaku. Katanya, ia sudah ikut membaca suratku itu. Jujur saja,
kenapa harus Nanda memberitahukan isi suratnya pada orang lain, oh tidak,
sahabatnya?
Kata
Amalia, Nanda bingung untuk membalas suratku. Astagfirullahaladzim, sesulit
itukah kata-kata yang kutulis hingga sukar untuk dibalas? Padahal, dengan
menulis ''Aku Memaafkanmu'', itu pun sudah cukup. Aku lega. Atau mungkin, Nanda
memang tak mau memaafkanku.
Siapa
yang menanam, ia pulalah yang memetik. Aku tahu dulu aku salah karena terlalu
egois, dan kini aku menyesal atas sifatku itu. Tapi, bagaimana dengan Nanda?
Apa ia menyesal atau malah senang?
Hari
demi hari, aku makin ngerasa bersalah. Jujur saja, belum mendapatkan maaf dari
seseorang itu, rasanya kayak ada yang mengganjal di hati. Kayak ada yang mampet
gitu ya.
Aku
coba berpikir dimana posisi yang paling utama menjadi masalah. Alhasil,
semuanya memang serba salah sih. Aku egois, dia juga. Aku sungkan, dia juga.
Aku nggak berani, dia juga. Aaaahhh, kalau dua-duanya gitu, gimana mau baikkan?
Namun
akhirnya, aku memberanikan diri untuk mengakui kesalahan. Mengatakan padanya
bla bla bla, dan hasilnya? TETAP NIHIL. Astagfirullah...
Namun,
demi sebuah ukhuwah, aku mencoba untuk tetab bersabar dan melanjutkan
perjuanganku. Bagaimanapun hasilnya, aku tetap berusaha agar kata 'MAAF'
terlontar dari mulutnya. Aku berharap demikian.
Akan
tetapi, dari tema giveaway yang dibuat -Menyemai Cinta-, sepertinya cerita
Syifa ini belum sampai pada titik akhir. Masih berada dalam masa-masa
pengujian. Walau begitu, setidaknya ada sedikit cerita 'Menyemai Cinta' dari
Syifa ini. Doakan juga ya supaya tali persahabatan dengan Nanda membaik.
Amin...
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog
Semoga Allah memberikan jalan dan petunjuk apa yang terbaik untuk persahabatan kalian.
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya, sudah tercatat sebagai peserta.
Amin...Semoga ya Bunda.
DeleteOke. Sukses juga GA nya :)
GA bertemakan cinta lagi booming :D
ReplyDeleteBisa dibilang. Soalnya tema 'CINTA' itu familiar dan semua orang pasti bisa dan tahu tentang CINTA :)
DeleteIya, karena CINTA itu Universal. Mudah untuk melakukannya :')
Deletesemoga hubungan kalian jadi membaik setelah ini... :)
ReplyDeleteAmin...
Delete