Hartaku Yang Hakiki
Kusambut
hangat senyum sang mega. Diatas kursi usang yang sejak tiga tahun lalu selalu
menemaniku ini, fikiranku mulai melayang mendekati kisah kebahagiaan yang
sempat kujalani. Maklum dulu keluargaku adalah orang yang berada. Apapun yang
kuinginkan selalu mereka berikan hari itu juga.
Tapi sejenak kupandang segala yang kini kumiliki amat sangat jauh
berbeda. Jangankan untuk memenuhi keinginanku untuk makan saja aku tak bisa
sembarangan ambil. Kini aku harus selalu membagi dengan adikku yang lain.
Sejenak
aku rindu dengan masa-masa yang menggiurkan itu. Tapi setelah kuingat lebih
jelas lagi masa-masa sekarang jauh lebih membahagiakan. Dimana orang tuaku
selalu ada untukku, selalu ada saat makan.
Selalu ada saat waktu tidur menjelang. Tak seperti dulu ayah dan ibu tak
pernah ada dirumah. Tak ada yang menyambutku pulang sekolah dan tak ada pula
yang menyapaku saat malam tiba. Hatiku kini lebih terasa penuh dengan kasih
sayang meski dalam keadaan yang serba kekurangan.
Kini
aku sadar Tuhan mengambil harta benda yang melimpah dariku tapi tuhan memberikanku
harta berupa kasih sayang orang tua yang begitu tiada habisnya. Tuhan kini
menggantinya dengan sebuah harta yang memberikan kebahagiaan yang hakiki
padaku. Memang kini aku tak berlimpah sandang tapi kini aku berlimpah cahaya
cinta dari ayah dan ibu.
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa